Hari ini saya benar-benar kehabisan ide bermain matematika logis dengan Izza. Semua mainan dari puzzle, bola, dan sebagainya sudah dimainkan, sedangkan otak sedang stuck tidak bisa berpikir kreatif lagi. Eh, saya ingat kalau hari ini kan sabtu jadi saya lempar tangan ke ayahnya, hehe. Suami mengiyakan dengan sangat enteng. Saya pun yakin dan beralih pada pekerjaan domestik yang sudah menunggu. Saya meminta suami untuk menjemur kerupuk untuk acara yasinan besok siang yang ternyata menjadi ajang bermain dengan Izza. Wah! Ide brilian yang tidak terpikir oleh saya, hehe. Mereka memindahkan kerupuk dari plastik ke koran dengan cara menghitungnya, Izza mengukuti dengan semangat. Ya, meskipun pada akhirnya mereka menjadikan kerupuk sebagai ajang bermain, memindahkan dari satu tempat ke tempat lain secara berulang demi untuk menghitung. Okelah, yang penting kerupuk tidak tercecer dan masih dalam keadaan bersih. Sejak mengikuti tantangan level 6, Izza semakin senang berhitung baik itu menghitung dengan jari atau langsung berhitung dan menyebut angka saat menjumpai bilangan angka.
Seperti halnya siang tadi saat kami pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. Segala hal yang dia jumpai pasti dihitung olehnya. Saat naik tangga, sudah tidak mau dipegangi, maunya naik sendiri sambil berhitung. Saat membeli yogurt atau menghampiri jajaran air mineral, semuanya serba dihitung. Sesekali menghampiri saya dan ayahnya untuk diajak berhitung, apa ini memang efek dari tantangan level 6 atau memang sudah masanya Izza berhitung, ya? Entah ya, yang penting saya cukup senang dengan progresnya Izza. Dulu, saya sempat kuatir dengan Izza yang belum bisa berhitung satu hingga tiga disaat teman seusianya sudah lancar berhitung hingga lima atau bahkan sepuluh. Tapi harusnya saya tidak membandingkan karena prosesnya memang beda, dan sekarang Izza sudah bisa meski belum lancar dan urut.