Tantangan hari ke sembilan melatih kemandirian dan tantangan hari kedua melatih Izza makan sendiri. Saya simpulkan hari ini tidak berhasil alias gagal total. Saat sarapan, saya memang sengaja untuk menyuapinya karena sarapan itu waktu makan paling krusial bagi saya. Meskipun makan siang dan malam tetaplah penting tapi sarapan masih menjadi waktu krusial dan Izza harus makan. Padahal biasanya sarapan itu yang paling susah. Seperti biasanya, bangun tidur, Izza langsung minum susu dan nyemil. Biasanya nyetok roti manis atau beli cemilan tradisional lainnya, yang penting Izza nyemil dulu saat saya beres-beres rumah. Setelah mandi barulah sarapan tapi tida saya beri susu atau ASI dalam waktu pagi tersebut. Pagi ini Izza sarapan bubur ayam, mangapnya konsisten asal ada kerupuk dan tetap saya yang menyuapi. Saya masih belum tega untuk melepasnya, hiks.
Untuk makan siang dan malam saya buatkan “one plate favourite” yang isinya kentang, wortel, telur puyuh yang ditumis dengan butter lalu diberi keju. Semua bahan makanan kesukaan Izza ada dalam satu piring jadi saya berharap banyak Izza bisa lahap makan sendiri. Saat makan siang, awalnya Izza makan sendiri dan masih ditemani yutub, dan ternyata dia hanya mengambil wortel untuk dimakan. Setelah wortelnya lenyap, piringnya tidak disentuh lagi. Akhirnya saya suapi sisanya yang ternyata hanya mau kentang, telurnya masuk sedikit saja, selebihnya dilepeh. Saat makan malam pun demikian, tapi saya yang menyuapinya seratus persen. Makanan masuk setengah porsi, selebihnya dia mingkem rapet dan marah jika saya menyuapinya lagi. Saat saya memberikan piring makan dan sendok hanya dibuat mainan dan disuapkan ke saya. Hmm, saya heran, beberapa waktu lalu saya berikan menu yang sama cukup lahap dan habis. Memang mood anak bayi susah ditebak.